Resumes: Supportive Learning Environment, The Effective Teaching Practices
2 min read
Buku ini tidak secara khusus membahas tentang cara megukur maupun meningkatkan iklim pembelajaran. Buku ini memberikan contoh – contoh dari skenario yang terjadi di ruang kelas baik dalam lingkungan penelitian maupun non-penelitian.
Pada bab pertama, dibahas tentang key concept dari seorang pembelajar yang efektif dan berkualitas. Secara singkat, kunci dari pembelajar yang berkualitas ialah memiliki skill komunikasi, tingkat pemahaman terhadap konten pembelajaran, kedekatan dengan pebelajar, kemampuan dalam merencanakan dan melakukan manajemen kelas serta memahami kebutuhan dan tujuan dari pebelajar.
Dari beberapa skill tersebut, byproduct yang terjadi dalam proses pembelajaran cukuplah sederhana. Tidak hanya capaian pebelajar yang meningkat, melainkan proses pengorganisasian kelas, minimnya disrupsi dalam proses pembelajaran hingga yang paling penting ialah terjadinya hubungan antar pebelajar dan pembelajar yang positif.
Fenomena tersebut juga dibuktikan oleh beberapa penelitian yang telah dikurasi pada buku ini. Dari seluruh penelitian, temuan yang paling penting untuk disorot ialah pebelajar yang belajar bersama dengan pembelajar yang berkualitas memiliki capaian pembelajaran yang lebih baik. Hal tersebut tidak bergantung pada sekolah, lingkungan belajar, dan konten pembelajaran mana yang dilakukan untuk pembelajaran.
Dari bab ini, dapat disimpulkan secara sederhana bahwasanya kualitas dari seorang pembelajara memiliki peran yang paing signifikan bagi pebelajar dalam proses pembelajarannya. Kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi, mengorganisasi dan menjalin hubungan dengan pebelajar menjadi jembatan dalam menghadirkan lingkungan belajar yang positif.
Bab dua paling menarik bagi saya. Kalimat pertama di bab ini secara jelas mengatakan bahwa “Membelajarkan bukanlah sebuah pekerjaan malainkan sebuah panggilan”. Pembuka yang sangat berkesan serta memberikan gambaran bahwa menjadi guru bukanlah hanya “mentransfer pengetahuan dan ilmu” tapi terdapat tuntutan sikap, perilaku dalam membelajarkan sebuah pengetahuan. Di bab ini, terdapat empat aspek penting bagi seorang pembelajar dalam menjalin hubungan dengan pebelajar. Saya tertarik pada dua aspek.
Immediacy. Seorang pembelajar akan dipandang lebih berkesan dan lebih dekat dengan pebelajar jika memiliki perilaku yang positif diluar konten pembelajaran. Contoh sederhana ialah menyapa pebelajar sebelum proses pembelajaran dimulai, memperhatikan dengan antusias pebelajar yang bertanya. Gestur – gestur kecil tersebut membuat pebelajar merasa terhubung secara personal dengan pembelajar. Semakin banyak gestur – gestur positif yang diberikan kepada pebelajar, kondisi psikologis siswa akan membentuk bahwa pembelajar memberikan kesan positif baik dalam pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.
Caring. Kembali lagi, tuntutan sikap dan perilaku. Seorang pembelajar memiliki panggilan untuk mengetahui, memahami dan memperhatikan pebelajar. Tidak hanya berfokus pada capaian dalam hal akademik, pembelajar akan menghasilkan capaian yang lebih baik jika dapat terhubung dan memperhatikan pebelajar di luar konteks pembelajaran. Sesederhana memberikan umpan balik yang konstruktivis dibalut dengan nada yang positif dapat menghasilkan capaian yang signifikan.
Secara umum, bab ini memberikan gambaran bagaimana seorang pembelajar hadir dalam ranah personal seorang pebelajar, baik dalam lingkungan belajar maupun lingkungan emosional-personal. Menarik untuk dibaca kembali sembari mengingat bahwa “membelajarkan bukanlah sebuah pekerjaan namun sebuah panggilan”